Masa Abu Bakar as Siddiq
Abu Bakar Ash-Shidiq Nama lengkapnya adalah 'Abd Allah ibn 'Utsman bin Amir
bi Amru bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib
bin Fihr al-Quraishi at-Tamimi'. Abu Bakar
adalah ayah dari Aisyah, istri Nabi Muhammad. Nama yang sebenarnya adalah
Abdul Ka'bah (artinya 'hamba Ka'bah'), yang kemudian diubah oleh Muhammad
menjadi Abdullah (artinya 'hamba Allah'). Muhammad memberinya gelar Ash-Shiddiq (artinya 'yang berkata
benar') setelah Abu Bakar membenarkan peristiwa Isra Miraj yang diceritakan oleh Muhammad kepada para
pengikutnya, sehingga ia lebih dikenal dengan nama "Abu Bakar
ash-Shiddiq".
-perjuangan yang dilakukan
1. bidang kemasyarakatan
Sepeninggal rasulullah, muncul 3 golongan yang dapat membahayakan
kelangsungan hidup umat islam, yaitu kaum murtad, nabi palsu, dan yang tidak
mau membayar zakat. Mendengar masalah itu beliau beserta kaum muslimin
mengadakan musyawarah . hasilnya mereka harus memerangi orang-orang tersebut.
2. pengumpulan ayat-ayat al qur an
Khalifah Abu Bakar juga
mengadakan usaha penyebaran islam ke luar negeri, seperti Syiria dan Persia.
Abu Bakar As
Siddiq meninggal pada tanggal 23 Agustus 634/ 8 Jumadil Awwal 13 H
di Madinah pada usia 63 tahun. Beliau memegang tampuk pimpinan Islam
selama 2 tahun 3 bulan 10 hari. Beliau berwasiat agar jenazahnya
dimandikan oleh Asma` binti Umais, istri beliau. Kemudian beliau dimakamkan di
samping makam Rasulullah. Umar mensholati jenazahnya diantara makam Nabi dan
mimbar (ar-Raudhah) . Sedangkan yang turun langsung ke dalam liang lahat adalah
putranya yang bernama Abdurrahman (bin Abi Bakar), Umar bin Khattab, Usman bin
Affan, dan Thalhah bin Ubaidillah.
Umar bin Khattab
Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau lebih dikenal dengan Umar bin Khattab (581 - November 644) adalah salah seorang sahabat Nabi
Muhammad yang juga
adalah khalifah kedua Islam (634-644). Umar juga merupakan satu diantara empat orang
Khalifah yang digolongkan sebagai Khalifah yang diberi petunjuk (Khulafaur Rasyidin).
Umar dilahirkan di kota Mekkah dari suku Bani Adi, salah satu
rumpun suku Quraisy, suku terbesar
di kota Mekkah saat itu. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail Al Shimh Al
Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim. Umar memiliki julukan yang diberikan
oleh Muhammad yaitu Al-Faruk yang berarti orang yang bisa memisahkan
antara kebenaran dan kebatilan.
Keluarga Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan
menulis, yang pada masa itu merupakan sesuatu yang langka. Umar juga dikenal
karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah.
Sebelum memeluk Islam, Umar adalah orang yang sangat disegani dan dihormati
oleh penduduk Mekkah, sebagaimana tradisi yang dijalankan oleh kaum jahiliyah Mekkah saat
itu, Umar juga mengubur putrinya hidup-hidup sebagai bagian dari pelaksanaan
adat Mekkah yang masih barbar. Setelah memeluk
Islam di bawah Muhammad, Umar dikabarkan menyesali perbuatannya dan menyadari
kebodohannya saat itu sebagaimana diriwayatkan dalam satu hadits "Aku menangis ketika menggali kubur untuk putriku. Dia maju dan
kemudian menyisir janggutku".
Pada masa Abu
Bakar menjabat sebagai khalifah, Umar merupakan salah satu penasehat kepalanya.
Ssetelah meninggalnya Abu Bakar pada tahun 634, Umar ditunjuk untuk menggantikan Abu Bakar sebagai khalifah kedua
dalam sejarah Islam.
Selama
pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil
alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia
(yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi daya yaitu Persia dan Romawi. Namun
keduanya telah ditaklukkan oleh kekhalifahan Islam dibawah pimpinan Umar.
Sejarah mencatat
banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam
mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan
mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan
kemenangan atas pasukan Persia dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran Qadisiyyah (th 636), di dekat sungai
Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal
pasukan Islam yakni Sa`ad bin
Abi Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan
berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad.
Pada tahun 637,
setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam akhirnya mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan
kunci untuk memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan diundang untuk salat di dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre).
Umar memilih untuk salat ditempat lain agar tidak membahayakan gereja tersebut.
55 tahun kemudian, Masjid Umar didirikan ditempat ia salat.
Umar melakukan
banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan
publik, termasuk membangun sistem administrasi untuk daerah yang baru
ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan untuk
memperluas dan merenovasi Masjidil
Haram di Mekkah dan Masjid
Nabawi di Medinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum
Islam.
Umar dikenal
dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan
penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana.
Pada sekitar
tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan
keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah. Beliaupun memiliki 5 keutamaan diantaranya :
1. Telah
disebutkan dalam beberapa hadits shahih bahwa ‘ Umar radhiallohu anhu termasuk
penghuni surga. 2. Seorang yang disegani, hingga setan akan lari jika
ber-papasan dengan beliau. 3. Kemuliaan ‘ Umar radhiallohu anhu tak hanya
sebatas pada keberaniannya, tetapi juga pada kebenaran dirinya. 4. Ia adalah
salah satu orang yang mendapatkan ilham dari Allah subhanahu wa ta’ ala. 5.
Salah satu sebab kejayaan Islam.
Umar bin Khattab
dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz), seorang budak yang fanatik pada saat ia akan memimpin salat Subuh. Fairuz adalah orang Persia yang masuk Islam setelah Persia ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi
Abu Lukluk (Fairuz) terhadap Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan
Persia, yang saat itu merupakan negara adidaya, oleh Umar. Peristiwa ini
terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Setelah kematiannya jabatan
khalifah dipegang oleh Usman bin
Affan.
Semasa Umar
masih hidup Umar meninggalkan wasiat yaitu:
Jika engkau
menemukan cela pada seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka cacilah
dirimu. Karena celamu lebih banyak darinya.
Bila engkau
hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu. Karena tidak ada
musuh yang lebih berbahaya terhadapmu selain perut.
Bila engkau
hendak memuji seseorang, pujilah Allah. Karena tiada seorang manusia pun lebih
banyak dalam memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamu selain Allah.
Jika engkau
ingin meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab apabila
engkau meninggalkannya, berarti engkau terpuji.
Bila engkau
bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiplah untuk mati. Karena jika engkau tidak
bersiap untuk mati, engkau akan menderita, rugi ,dan penuh penyesalan.
Bila engkau
ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah akhirat. Karena engkau tidak akan
memperolehnya kecuali dengan mencarinya.
Ustman bin Affan
Beliau adalah
Usman bin Affan bin Abi Ash ibnu Umayyah. Dilahirkan ketika rasul berumur 5
tahun. Masuk islam atas seruan Abu Bakar
as Siddiq.
Beliau adalah
saudagar kaya sebelum dan sesudah islam datang dn selalu menafkahkan hartanya
untuk kepentingan islam.
Beliau berhasil
mengadakan perluasan daerah di Khurasan, Armenia, Gazar, Afrika Utara, Ciprus,
dan Amuriah. Ia juga menumpas pemberontakan di beberapa daerah seperti Azzarbeijan,
Iskandariah, dan Persia.
Kelemahan Ustman
bin Affan:
1. menghidupkan
kembali rasa kesukuan (kekabilahan) yang bersumber pada sukunya sendiri (Bani
Umayah)
2. banyak
melakukan pemborosn uang negara.
Ia wafat pada
tahun 35 H pada pertengahan tasyriq tanggal 12 Dzul Hijjah, dalam usia 80 tahun
lebih, dibunuh oleh kaum pemberontak (Khawarij).
Ali bin Abi
Thalib
Setelah Ustman
wafat, khalifak keempat adalah Ali,
namun orang-orang Bani Umayyah yang telah merasakan kenikmatan kekuasaan
dan kekayaan pada masa Ustman merasa
khawatir. Oleh karena itu, mereka tidak menghendaki Ali menjadi khalifah.
Ali juga
mendapat warisan yang sangat tidak mengentungkan dari khalifah sebelumnya,
yaitu:
1. sebagian penuasa
sudah mementingkan kekuasaan, pangkat, dan kekayaan untuk diri mereka sendiri,
kepentingan umat Islam sudah mulai dikesampingkan.
2. dalam memilih
pemimpin, tidak lagi melihat kepentingan umat Islam, melainkan kepentingan
golongan.
Ali kemudian melakukan
tindakan yang mengutamakan kepentingan
umat islam, yaitu:
1. mengganti
para wali yang diangkat Usman bin Affan.
2. mencabut
kembali tanah-tanah yang dibagikan Usman kepada keluarganya tanpa jalan yang
sah, termasuk hibah dan pemberian lain yang tidak sah.
Pada zaman Ali
juga terjadi begitu banyak peperangan , yaitu:
1. perang
berunta
Khalifah Ali bin
Abi Talib telah memecat Mu’awiyah dari jabatannya. Akan tetapi di tidak
mempedulikan pemecatannya itu, melainkan ia tetap memegang jabatannya sebagai
wali Syam. Maka Ali bin Abi Talib menyiapkan pasukan untuk memeranginya. Akan
tetapi ketika ia akan berangkat ke Syam datanglah berita bahwa orang Makkah
telah keluar dari kelompok Ali, mereka dikepalai oleh Thalhah, Zubair dan
‘Aisyah. Mereka telah menduduki kota Bashrah dengan tentara besar yang dipimpin
oleh ‘Aisyah pada tahun 36 H. (567 M.)
Mendengar berita
yang demikian itu, Ali mengurungkan maksudnya untuk menyerang Syam, dan dengan
segera ia beserta laskarnya berangkat ke kota Kufah, kemudian terus ke Bashrah
dengan membawa tentara 200.000 orang. Di Bashrah ia bertemu dengan tentara
‘Aisyah, lalu terjadilah pertempuran yang terkenal dengan Waqi’atul Jamal
(Perang Unta). Dinamakan demikian, karena ‘Aisyah yang memimpin pasukan
menunggang unta.
Dalam peperangan
ini Ali memperoleh kemenangan. Thalhah dan Zubair terbunuh dan ‘Aisyah ditawan.
Akan tetapi ia tidak diperlakukan oleh Ali sebagai tawanan, melainkan dihormati
dan dimuliakan, lalu dipulangkan ke Makkah, serta dinasehatinya agar dia tidak
lagi mencampuri politik negara.
2. perang siffin
Khalifah Ali
mendengar kabar bahwa Mu’awiyah telah bersiap lengkap akan memeranginya. Oleh
kerana itulah Ali bersegera mengerahkan pasukannya untuk menghadapi serangan
musuhnya itu di Siffein. Di Siffein di tempat sebelah barat sungai Euphrat,
laskar Ali bertemu dengan laskar Mu’awiyah, lalu terjadilah pertempuran dahsyat
antara kedua laskar tersebut, pertempuran ini terjadi selama 40 hari. Dalam
pertempuran itu pihak Ali hampir memperoleh kemenangan, sedangkan Mu’awiyah
sudah berfikir hendak melarikan diri. Akan tetapi karena tipu daya Amru bin
al-‘Ash yang berperang dipihak Mu’awiyah, maksud pelariannya itu diurungkanlah
oleh Mu’awiyah. Kemudian ‘Amru bin al-‘Ash menyuruh laskarnya menusuk Mushaf
(Qur’an) dengan ujung lembingnya, lalu dinaikkan sebagai tanda hendak berdamai
dengan tunduk kepada al-Qur’an.
Setelah perang
tersebut, diadakan pertemuan perdamaian dari kedua belah pihak di Daumatul
Jandal.
Setelah datang
waktu tahkim sesuai dengan perjanjian, para wali dari kedua belah pihak
berkumpul di Dumatul Jandal. Utusan Ali berjumlah 100 orang dikepalai oleh Abu
Musa al-Asy’ari dan utusan Mu’awiyah banyaknya juga 100 orang dikepalai oleh
‘Amru bin al-’Ash, sedang Mu’awiyah sendiri termasuk dalam jumlah 100 itu.
Dengan tipu-daya
yang licin ‘Amru bin al-’Ash dapat mengalahkan Abu Musa yang lurus hati itu
dalam persidangan majlis tahkim.
‘Amru bin
al-’Ash menerangkan kepada Abu Musa bahwa untuk menjadi dasar perundingan, maka
Ali dan Mu’awiyah diturunkan dari pangkat Khalifah. Sesudah itu soal Khalifah
diserahkan kepada ummat Islam dan kepada mereka diberikan kemerdekaan
seluas-luasnya tentang siapa yang akan mereka pilih menjadi Khalifah.
Keterangan ‘Amru
bin al-’Ash ini diterima oleh Abu Musa dengan sejujur hatinya untuk menjadi
dasar perundingan. Di hari persidangan di Daumatul Jandal itu (suatu
tempat antara Irak dan Syam) diharapan beribu-ribu ummat Islam, maka tertipulah
Abu Musa oleh kelicikan politik ‘Amru bin al-’Ash.
Karena
menghormati ketinggian umur dan derajatnya, ‘Amru bin al-’Ash meminta kepada
Abu Musa untuk terlebih dahulu berdiri diatas mimbar, menerangkan dasar
perundingan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Dengan ikhlas dan
jujur hati Abu Musa naik ke atas mimbar, lalu berpidato menerangkan bahwa untuk
kemaslahatan ummat Islam di dan ‘Amru bin al-’Ash telah sepakat untuk
memberhentikan Ali dan Mu’awiyah dari jabatan Khalifah. Tentang pengangkatan
Khalifah yang baru diserahkan sepenuhnya kepada permusyawaratan ummat Islam.
Saya sebagai wakil dari pihak Ali dengan ikhlas dan jujur hati menurunkan Ali
dari kursi Khalifahnya”.
Kemudian naik
pula ‘Amru bin al-’Ash lalu berkata menerangkan, bahwa ia menerima dan
menguatkan keberhentian Ali itu, dan menetapkan Mu’awiyah dalam pangkatnya
sebagai Amirul Mu’minin.
Ali Terbunuh
Hasil perdamaian
di Daumatul Jandal sangat mengecewakan hati ummat Islam yang berpihak kepada
Ali. Oleh kerena itu Khalifah Ali bermaksud hendak menyerang negeri Syam tempat
kedudukan Mu’awiyah. Akan tetapi sebagian besar penduduk Irak tidak mengacuhkan
dia lagi, sehingga amat sukar baginya mengumpulkan balatentara dan akhirnya
maksudnya itu terpaksa dibatalkan. Dalam pada itu tiga orang dari kelompok
Khawarij telah mengadakan permufakatan jahat untuk membunuh Ali, Mu’awiyah dan ‘Amru
bin al-’Ash. Menurut mereka orang yang bertiga inilah yang menjadi pangkal
fitnah yang menimbulkan peperangan sesama ummat Islam.
Tiga orang
Khawarij itu ialah: Ibnu Muljam yang akan membunuh Ali, Albarak yang akan
membunuh Mu’awiyah dan Umar bin Bakir yang akan membunuh ‘Amru bin al-’Ash.
Ibnu Muljam
berhasil usahanya, tetapi maksud kedua temannya itu tidak berhasil, karena
Mu’awiyah dan ‘Amru bin al-’Ash sangat berhati-hati menjaga dirinya.
Maka pada
tanggal 17 Ramadhan tahun 40 H. (661 M), Ali bin Abi Talib wafat ditikam oleh
Ibnu Muljam dengan pedang beracun, dalam masjid Kufah dikala yang mulia itu
hendak sembahyang Subuh. Ali wafat sesudah memerintah empat tahun sembilan
bulan lamanya, masa yang tidak sunyi dari peprangan. Sepeninggal Ali bin Abi
Talib, maka ummat Islam membai’at puteranya Hasan bin Ali sebagai Khalifah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar