Selasa, 08 Mei 2012

keterampilan mengajar membimbing diskusi kelompok kecil


Tugas Kelomok
KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
MICRO TEACHING
Oleh :

sufriyadi

Prodi         : S-1 PAI
Lokal         : B
Smester     : VI (Enam)

Dosen pengampu:
Drs. Erdi indra

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
2012
PEMBAHASAN
 KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI
KELOMPOK KECIL

Pada bagian ini kita akan mempelajari tentang keterampilan dasar mengajar membimbing diskusi kelompok kecil. Ada beberapa hal yang akan kita pelajari, yaitu mencakup pengertian, tujuan, komponen dan prinsip dalam membimbing diskusi kelompok kecil.[1] Kita perlu menyadari dari awal bahwa mengelola diskusi tidak sekedar rutinitas Tanya jawab, namun bagaimana dapat menciptakan diskusi yang merangsang setiap orang agar mampu beraktualisasi diri.

A.  Pengertian.
Apakah Yang dimaksud dengan diskusi kelompok kecil,? Diskusi kelompok dalah suatu proses yang teratur dan melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka untuk mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah.[2]
Sebenernya,tidak semua pembicaraan yang dilakukan oleh sekelompok kecil orang dapat disebut sebagai diskusi. Agar dapat disebut segbagai diskusi kelompok kecil, syarat-syarat berikut harus dipenuhi.[3]
1. Melibatkan kelompok, yang anggotanya berkisar antara 3-9 orang.
2. Berlangsung dalam situasi tatap muka yang informal, artinya semua anggota kelompok berkesempatan saling melihat,mendengar,serta beromunikasi secara bebas dan langsung.
3. Mempunyai tujuan yang mengikat anggota kelompok sehingga terjadi kerja sama untuk mencapainya.
4. Barlangsung menurut proses yang teratur dan sistematis menuju kepada tercapainya tujuan kelopok.[4]
Diskusi kelopok kecil bermanfaat bagi siswa untuk:
1. Mengembangkan kemampuan berpikir dan berkomunikasi
2. Meningkatkan disiplin
3. Meningkatkan motifasi belajar
4. Mengembangkan sikap saling membantu, dan
5. Meningkatkan pemahaman[5]
Diskusi kelompok adalah sutu proses percakapan yang teratur, yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang bebas dan terbuka, dengan tujuan berbagi informasi atau pengalaman, mengambil keputusan, atau memecahkan suatu masalah. Dengan demikian, pengertian keterampilan dasar mengajar membimbing diskusi kelompok kecil ialah keterampilan melaksanakan kegiatan membimbing peserta didik agar dapat melaksanakan diskusi kelompok kecil secara efektif[6].
B.  Tujuan Keterampilan Membimbing Diskusi.
Tujuan dari keterampilan ini adalah sebagai berikut:
1.  Setiap peserta didik dapat saling memberi informasi atau pengalaman dalam menjelajahi gagasan baru atau masalah yang harus dipecahkan oleh mereka.
2.  Peserta didik dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan untuk berpikir dan berkomunikasi.
3.  Peserta didik terlibat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Dengan kegiatan diskusi setiap orang diharapkan mempunyai pendirian dan arah yang jelas tentang persoalan yang didiskusikan. Hal ini berguna ketika terjun di masyarakat, banyak persoalan yang harus segera ditangani dengan pemikiran yang rasional, runtut dan mudah dipahami dan diterima masyarakat.
Dadang Sukirman, mengutarakan tujuan dan manfaat kegiatan diskusi antara lain:
1. Memupuk sikap toleransi
2. Memupuk kehidupan demokrasi
3. Mendorong pembelajaran secara aktif
4. Menumbuhkan rasa percaya diri[7]
C.  Komponen Keterampilan Membimbing Diskusi.
Menurut Udin S Winatapura, Agar keterampilan dapat kita kuasai dengan baik, perhatikan keenam komponen-komponen dalam keterampilan membimbing diskusi.[8]
1. Memusatkan perhatian
2.       Memperjelas masalah atau uraian pendapat
3.       Menganalisis pandangan
4.       Meningkatkan uraian
5.       Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
6. Menutup diskusi[9]
Sedangkan menurut Moh. Uzer Usman, kmponen keterampilan dalam membimbng diskusi pembelajaran ada tujuh komponen, diantaranya yaitu[10]:
1. Memusatkan perhatian peserta didik pada tujuan dan topik diskusi.
a. Rumuskan tujuan dan topik yang akan dibahas pada awal diskusi
b. Kemukakan masalah-masalah khusus
c. Catat perubahan atau penyimpangan diskusi dari tujuan
d. Rangkum hasil pembicaraan diskusi
2. Memperjelas masalah maupun usulan/pendapat.
a. Merangkum usulan tersebut sehingga menjadi jelas
b. Meminta komentar peserta didik dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membantu mereka memperjelas atau mengembangkan ide tersebut
c. Menguraikan gagasan peserta didik dengan memberikan informasi tambahan atau contoh-contoh yang sesuai, sehingga kelompok dapat memperoleh informasi secara lebih jelas.
3. Menganalisis pandangan/pendapat peserta didik. Di dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat di antara anggota kelompok. Dengan demikian, kita hendaknya mampu menganalisis alasan perbedaan tersebut dengan cara antara lain sebagai berikut:
a. Meneliti apakah alasan tersebut memang mempunyai dasar yang kuat
b. Menjelaskan hal-hal yang disepakati maupun yang tidak disepakati.
4. Meningkatkan usulan peserta didik.
a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menantang peserta didik untuk berpikir.
b. Memberikan contoh-contoh verbal yang sesuai secara tepat
c. Memberikan waktu untuk berpikir
d. Memberikan dukungan kepada usulan pendapat peserta didik dengan penuh perhatian
5. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
a. Mencoba memancing usulan peserta didik yang enggan berpartisipasi dengan mengarah langsung secara bijaksana. Mungkin kita sering menjumpai peserta didik yang sangat pasif, seakan-akan tidak mau terlibat dalam kegiatan diskusi. Jika demikian, kita perlu melibatkan mereka secara khusus. Sesekali kita berikan pertanyaan khusus untuk berpendapat[11]. Atau dapat juga kita lakukan dengan membuat pertanyaan agar dijawab melalui tulisan. Jawaban dari peserta didik yang tidak aktif tersebut kita bacakan secara khusus di depan kelas lalu kita memberikan apresiasi. Kadang mereka tidak mau terlibat diskusi bukan berarti tidak peduli, namun boleh jadi karena demam panggung, demophobi, tidak terbiasa berbicara di depan public[12].
b. Mencegah terjadinya pembicaran serentak dengan memberi giliran kepada setiap orang, terutama yang pendiam terlebih dahulu
c. Secara bijaksana usahakan mencegah orang yang suka memonopoli pembicaraan
d. Mendorong setiap orang untuk mengomentari usulan temannya sehingga interaksi antar peserta didik dapat ditingkatkan
6. Menutup diskusi
a. Dengan bersama-sama, kita membuat rangkuman hasil diskusi
b. Kita perlu memberi gambaran tentang tindak lanjut hasil diskusi
c. Kita lakukan evaluasi bersama atas proses maupun hasil diskusi yang telah dicapai
7. Hal yang harus diperhatikan
a. Mendominasi diskusi sehingga siswa tidak diberi kesempatan
b. Membiarkan siswa tertentu memonopoli diskusi
c. Membiarkan terjadinya pemyimpangan dari tujuan diskusi dangan pembicaraan yang tidak
d. Membiarkan siswa yang enggan berpartisipasi
e. Tidak memperjelas atau mendukung urunan pikir siswa
f. Gagal mengakhiri diskusi secara efektif.[13]
D.  Kelebihan dan kelemahan diskusi kelompok
1. Kelebihan diskusi kelompok
a. Suasana kelas akan hidup
b. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan
c. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya
d. Saapat menaikan prestasi kepribadian individu seperti toleransi, demokratis, kritis, berpikir sistematis, sabar dan sebagainya.
e. Kesimpulan-kesimpulan diskisi mudah dipahami anak karena anak didik mengikuti proses bserpikir sebelum sampai kepada kesimpulan

2. Kelemahan diskusi kelompok adalh
a. Kemungkinan ada anak yang tidak ikut aktif, sehingga bagi anak-anak ini diskusi meurupakan kesempatan untuk melepaskan diri dari tanggung jawab
b. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas
c. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara[14]
E.  Prinsip Keterampilan Membimbing Diskusi
Agar kita terampil mengelola dan membimbing diskusi kecil, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, antara lain[15]:
1.  Diskusi hendaknya berlangsung dalam “iklim terbuka” Hal ini ditandai dengan adanya antusiasme berpartisipasi, kehangatan hubungan antar pribadi, kesediaan menerima dan mengenal lebih jauh topik diskusi, dan kesediaan menghargai pendapat orang lain. Dengan demikian, semua anggota kelompok mempunyai keinginan untuk dikenal dan dihargai, dapat merasa aman dan bebas mengemukakan pendapat[16]
2.  Perlu perencanaan dan persiapan yang matang
a.  Topik yang dipilih hendaknya sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, minat, dan kemampuan setiap peserta didik
b.  Masalah hendaknya mengandung jawaban yang kompleks, bukan jawaban tunggal
c.  Perlu ada informasi pendahuluan yang berhubungan dengan topik tersebut agar para peserta didik memiliki persepsi yang sama
d.  Kita harus benar-benar siap dengan sumber informasi sebagai motivator dan fasilitator sehingga mampu memberikan penjelasan dan mengerjakan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memotivasi setiap orang[17].
3.  Diskusi mempunyai kekuatan atau keuntungan yang dapat dimanfaatkan secara maksimal.
4.  Diskusi kelompok mempunyai kelemahan-kelemahan yang dapat menggagalkan atau tidak tercapainya tujuan diskusi
5.  Diskusi kelompok di sekolah dasar masih memerlukan bantuan guru untuk membimbingnya[18]

F.  TEkNIK PENGAJARAN KELOMPOK KECIL
Untuk kelompok kecil yang terdiri atas 10 orang siswa atau kurang, akan lebih mudah melakukan komunikasi dua arah secara efektif. Banyak teknik yang dapat dikembangkan dalam kegiatan belajar kelompok kecil. Akan tetapi,untuk maksud-maksud umum, disini hanya dikemukakan beberapa saja, antara lain tutorial individual, tutorial kelompok, seminar, lokakarya(workshop), klinis, dan diskusi kelompok.[19]
1. Tutorial individual
Metode itu dianggap metode belajar yang ideal, karena satu orang tutor berhadapan dengan satu orang siswa. Metode itu memiliki metode lainnya,terutama dalam hal pengembangan keterampilan dan pengetahuan konseptual. Hubungan satu orang dengan satu orang memungkinkan guru atau tutor mendiagnosis kesulitan-kesulitan dan kelemahan kelemahan siswa secara cermat dan teliti. Pada kenyataannya, metode itu jarang dilaksanakan sebab bnyaknya tujuan menyebabkan perlunya kehadiran sisewa-siswa lainya dan interaksi diantara mereka. sering terjadi jenis tutorial individual dalam kenyataanya tidak lebih dari metode penuangan yang disesuaikan secara individual. Tutor menyajikan dan siswa menyerapnya. Jadi, tidak lebih dari sistem modifikasi guru dalam kondisi yang ideal. Bahkan stratagi discovery dapat diadopsiskan kedalam tutorial, sebagai mana teknik dialog Socrates[20].
2. Tutorial kelompok
Pada dasarnya tutorial berdasarkan pada hubungan antara satu orang guru dan satu orang siswa. Namun dewasa ini sudah mulai umum dilaksanakan tutorial kelompok, dimana satu orang guru membimbbing sekelompok siswa yang terdiri dari beberapa siswa sekaligus pada waktu yang sama.
3. Seminar
Seminar diawali dangan penguasaan kepada seoarang atau sakelompok siswa untuk melakukan studi atau proyek atau penelitian. Kamudian para siswa bersangkutan melaporkan dan menyajikan penemuan atau pendapatnya kepada kelompok yang lebih besar (kelas).
4. Lokakarya
Umumnya lokakarya di awali dengan pemberian informasi langkah-langkah kerja, dan asas asas pelaksanaannya tentang suatu topik kepada para siswa dengan meggunakan metode tertentu. Kemudian para siswa menerapkan informasi yang telah diperolehnya itu kedalam tugas-tugas yang nyata sesuai dengan pilihan sendiri. Kegiatan itu dilaksanakan dibawahi oleh supervisi Guru.
5. Teknik klinis
Teknik klinis digunakan dalam rangka pertemuan diagnostik atau pemecahan masalah. Pertemuan diagnostik dimaksudkan untuk memecahkan kesulitan-keulitan yang dihadapi oleh siswa dalam pengajaran tertentu. Masalah yang dipecahkan berkenaan dengan masalah-masalah masyarakat dan yang sedang dihadapi oleh masyarakat secara luas. Jadi,teknik klinis berkenaan dengan kehidupan yang senyatanya, yang betul-betul terjadi didalam kondisi kehidupan. Kadang-kadang digunakan juga teknik simulasi sebagai teknnik penunjang klinis.
6. Diskusi kelompok terbuka
Teknik diskusi kelompok terbuka dapat digunakan dalam kerangka teknik-teknik yang telah dibahas sebelumnya. Pemimpin kelompok merumuskan topik yang akan didiskusikan dan bertindak sebagai ketua diskusi kelompok. Dalam hal itu, kegiatan belajar terjadi dalam bentuk pertukaran pengalaman, pemikiran, dan informasi dikalangan para peserta diskusi.















DAFTAR PUSTAKA


Ali Muhammad. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. 2002

Alma Buchari, Dkk. Guru Profesional. Bandung: Alfabeta. 2008

Brown Oerge. Mamad Kasmad. Pembelajaran Mikro. Bandung: Upi Press.2006

Darmadi Hamid. Kemampuan Dasar Mengajar. Pontianak: Alfabeta. 2009

E Mulyasa. Menjadi Guru Profesional Bndung: Remja Rosdakaarya. 2006

Emi Purwati, Micro Teaching, Jakarta: Aprinta, 2004

Hamalik Oemar. Perencanaan Pengajaran  Berdasarkan Pendekatan Sistem. jakrta: PT Bumi Aksara. 2009
Moh. Uzer Usman. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2010 

Udin S. Winatapura,dkk. strategi belajarmengajar. jakrta: universitas terbuka

Sukirman Dadang. Pembelajaran Micro. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.2006

Suwarna, Dkk. Pengajaran Mikro. Yogyakarta: Tiara Wacana. 2006
Syaiful Jamarah Ahri. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi.(Bandung: PT Renika Cipta. 2000
http//id.sh voong.com/social-sciences/education/2172621-keterampilan-guru-membimbing-kelompok-kecil/#lx22107colgRM





[1] Udin S. Winatapura,dkk, strategi belajar mengajar,(jakrta: Universitas Terbuka,2002)hlm.8.20
[2] E Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bndung: Remaja Rosdakarya,2006) hlm.89
[3] Op cit
[4]Udin S. Winatapura, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2002) hlm. 8.20-8.21
[5]Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar, (Pontianak: Alfabeta, 2009) hlm.23
[6] Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar,(Bandung: Sinar Baru Algesindo,2002) hlm.23
[7] Dadang Sukirman, pembelajaran micro,(Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia,2006) hlm.208
[8] H. Udin S Winatapura, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2002) hlm. 8.21
[9] Ibit
[10] Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru profesional,(Bandung: Remaja Rosdakarya,2010)hlm.94-96
[11] syaiful jamarah ahri, guru dan anak didik dalam interaksi,(bandung: pt renika cipta, 2000) hlm.21
[12] Emi Purwati,Micro Teaching,(Jakarta:Aprinta,2004)hlm.29
[13] Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional,(Bandung: Remaja Rosdakarya,2010) hlm.96
[14]Buchari Alma, Dkk, Guru Profesional, (Bandung: Alfabeta,2008) hlm.53
[15] Oerge Brown, Mamad Kasmad, Pembelajaran Mikro,(Bandung: Upi Press,2006)Hlm.83
[16] ibid
[17] Suwarna dkk., Pengajaran Mikro,( Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006)hlm.96
[18] H. Udin S Winatapura, dkk, Strategi Belajar Mengajar,(Jakarta: Universitas Terbuka, 2002) hlm.8.28-8.29
[19] Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran  Berdasarkan Pendekatan Sistem, ( Jakrta: PT Bumi Aksara,) hlm.188-190
[20]http//id.shvoong.com/socialsciences/education/2172621keterampilan-guru-membimbing-kelompok-kecil/#lx22107colgRM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar