Tugas Kelomok
KETERAMPILAN
MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL
Diajukan
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
MICRO
TEACHING
Oleh :
sufriyadi
Prodi : S-1 PAI
Lokal : B
Smester : VI (Enam)
Dosen pengampu:
Drs.
Erdi indra
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM (STAI)
AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
2012
PEMBAHASAN
KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI
KELOMPOK KECIL
Pada
bagian ini kita akan mempelajari tentang keterampilan dasar mengajar membimbing
diskusi kelompok kecil. Ada beberapa hal yang akan kita pelajari, yaitu
mencakup pengertian, tujuan, komponen dan prinsip dalam membimbing diskusi
kelompok kecil.[1]
Kita perlu menyadari dari awal bahwa mengelola diskusi tidak sekedar rutinitas
Tanya jawab, namun bagaimana dapat menciptakan diskusi yang merangsang setiap
orang agar mampu beraktualisasi diri.
A. Pengertian.
Apakah
Yang dimaksud dengan diskusi kelompok kecil,? Diskusi kelompok dalah suatu
proses yang teratur dan melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka
untuk mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah.[2]
Sebenernya,tidak
semua pembicaraan yang dilakukan oleh sekelompok kecil orang dapat disebut sebagai
diskusi. Agar dapat disebut segbagai diskusi kelompok kecil, syarat-syarat
berikut harus dipenuhi.[3]
1. Melibatkan
kelompok, yang anggotanya berkisar antara 3-9 orang.
2. Berlangsung
dalam situasi tatap muka yang informal, artinya semua anggota kelompok
berkesempatan saling melihat,mendengar,serta beromunikasi secara bebas dan
langsung.
3. Mempunyai
tujuan yang mengikat anggota kelompok sehingga terjadi kerja sama untuk
mencapainya.
4. Barlangsung
menurut proses yang teratur dan sistematis menuju kepada tercapainya tujuan
kelopok.[4]
Diskusi
kelopok kecil bermanfaat bagi siswa untuk:
1. Mengembangkan
kemampuan berpikir dan berkomunikasi
2. Meningkatkan
disiplin
3. Meningkatkan
motifasi belajar
4. Mengembangkan
sikap saling membantu, dan
5. Meningkatkan
pemahaman[5]
Diskusi
kelompok adalah sutu proses percakapan yang teratur, yang melibatkan sekelompok
orang dalam interaksi tatap muka yang bebas dan terbuka, dengan tujuan berbagi
informasi atau pengalaman, mengambil keputusan, atau memecahkan suatu masalah. Dengan
demikian, pengertian keterampilan dasar mengajar membimbing diskusi kelompok
kecil ialah keterampilan melaksanakan kegiatan membimbing peserta didik agar
dapat melaksanakan diskusi kelompok kecil secara efektif[6].
B. Tujuan Keterampilan
Membimbing Diskusi.
Tujuan
dari keterampilan ini adalah sebagai berikut:
1. Setiap
peserta didik dapat saling memberi informasi atau pengalaman dalam menjelajahi
gagasan baru atau masalah yang harus dipecahkan oleh mereka.
2. Peserta
didik dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan untuk berpikir dan berkomunikasi.
3. Peserta
didik terlibat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Dengan
kegiatan diskusi setiap orang diharapkan mempunyai pendirian dan arah yang
jelas tentang persoalan yang didiskusikan. Hal ini berguna ketika terjun di
masyarakat, banyak persoalan yang harus segera ditangani dengan pemikiran yang
rasional, runtut dan mudah
dipahami dan diterima masyarakat.
Dadang
Sukirman, mengutarakan
tujuan dan manfaat kegiatan diskusi antara lain:
1. Memupuk sikap
toleransi
2. Memupuk
kehidupan demokrasi
3. Mendorong
pembelajaran secara aktif
4. Menumbuhkan
rasa percaya diri[7]
C. Komponen Keterampilan
Membimbing Diskusi.
Menurut Udin S Winatapura,
Agar keterampilan
dapat kita kuasai dengan baik, perhatikan keenam
komponen-komponen dalam
keterampilan membimbing diskusi.[8]
1. Memusatkan
perhatian
2.
Memperjelas masalah atau uraian pendapat
3.
Menganalisis pandangan
4.
Meningkatkan uraian
5.
Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
6. Menutup
diskusi[9]
Sedangkan
menurut Moh. Uzer Usman, kmponen keterampilan dalam membimbng diskusi
pembelajaran ada tujuh komponen, diantaranya yaitu[10]:
1. Memusatkan
perhatian peserta didik pada tujuan dan topik diskusi.
a. Rumuskan tujuan
dan topik yang akan dibahas pada awal diskusi
b. Kemukakan masalah-masalah
khusus
c. Catat perubahan
atau penyimpangan diskusi dari tujuan
d. Rangkum hasil
pembicaraan diskusi
2. Memperjelas
masalah maupun usulan/pendapat.
a. Merangkum
usulan tersebut sehingga menjadi jelas
b. Meminta
komentar peserta didik dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membantu mereka memperjelas atau
mengembangkan ide tersebut
c. Menguraikan
gagasan peserta didik dengan memberikan informasi tambahan atau contoh-contoh
yang sesuai, sehingga kelompok dapat memperoleh informasi secara lebih jelas.
3. Menganalisis
pandangan/pendapat peserta didik. Di dalam diskusi sering terjadi perbedaan
pendapat di antara anggota kelompok. Dengan demikian, kita hendaknya mampu
menganalisis alasan perbedaan tersebut dengan cara antara lain sebagai berikut:
a. Meneliti
apakah alasan tersebut memang mempunyai dasar yang kuat
b. Menjelaskan
hal-hal yang disepakati maupun yang tidak disepakati.
4. Meningkatkan
usulan peserta didik.
a. Mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat menantang peserta didik untuk berpikir.
b. Memberikan
contoh-contoh verbal yang sesuai secara tepat
c. Memberikan
waktu untuk berpikir
d. Memberikan
dukungan kepada usulan pendapat peserta didik dengan penuh perhatian
5. Menyebarkan
kesempatan berpartisipasi
a. Mencoba
memancing usulan peserta didik yang enggan berpartisipasi dengan mengarah
langsung secara bijaksana. Mungkin kita sering menjumpai peserta didik yang
sangat pasif, seakan-akan tidak mau terlibat dalam kegiatan diskusi. Jika
demikian, kita perlu melibatkan mereka secara khusus. Sesekali kita berikan
pertanyaan khusus untuk berpendapat[11].
Atau dapat juga kita
lakukan dengan membuat pertanyaan agar dijawab melalui tulisan. Jawaban dari
peserta didik yang tidak aktif tersebut kita bacakan secara khusus di depan
kelas lalu kita memberikan apresiasi. Kadang mereka tidak mau terlibat diskusi
bukan berarti tidak peduli, namun boleh jadi karena demam panggung, demophobi,
tidak terbiasa berbicara di depan public[12].
b. Mencegah
terjadinya pembicaran serentak dengan memberi giliran kepada setiap orang,
terutama yang pendiam terlebih dahulu
c. Secara
bijaksana usahakan mencegah orang yang suka memonopoli pembicaraan
d. Mendorong
setiap orang untuk mengomentari usulan temannya sehingga interaksi antar peserta
didik dapat ditingkatkan
6. Menutup
diskusi
a. Dengan
bersama-sama, kita membuat rangkuman hasil diskusi
b. Kita perlu
memberi gambaran tentang tindak lanjut hasil diskusi
c. Kita
lakukan evaluasi bersama atas proses maupun hasil diskusi yang telah dicapai
7. Hal yang harus
diperhatikan
a. Mendominasi
diskusi sehingga siswa tidak diberi kesempatan
b. Membiarkan
siswa tertentu memonopoli diskusi
c. Membiarkan
terjadinya pemyimpangan dari tujuan diskusi dangan pembicaraan yang tidak
d. Membiarkan
siswa yang enggan berpartisipasi
e. Tidak
memperjelas atau mendukung urunan pikir siswa
f. Gagal
mengakhiri diskusi secara efektif.[13]
D. Kelebihan dan
kelemahan diskusi kelompok
1. Kelebihan
diskusi kelompok
a. Suasana kelas
akan hidup
b. Menyadarkan
anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan
c. Membiasakan
anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan
pendapatnya
d. Saapat menaikan
prestasi kepribadian individu seperti toleransi, demokratis, kritis, berpikir
sistematis, sabar dan sebagainya.
e. Kesimpulan-kesimpulan
diskisi mudah dipahami anak karena anak didik mengikuti proses bserpikir
sebelum sampai kepada kesimpulan
2. Kelemahan
diskusi kelompok adalh
a. Kemungkinan ada
anak yang tidak ikut aktif, sehingga bagi anak-anak ini diskusi meurupakan
kesempatan untuk melepaskan diri dari tanggung jawab
b. Peserta diskusi
mendapat informasi yang terbatas
c. Dapat dikuasai
oleh orang-orang yang suka berbicara[14]
E. Prinsip Keterampilan
Membimbing Diskusi
Agar kita
terampil mengelola dan membimbing diskusi kecil, ada beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan, antara lain[15]:
1. Diskusi
hendaknya berlangsung dalam “iklim terbuka” Hal ini ditandai dengan adanya
antusiasme berpartisipasi, kehangatan hubungan antar pribadi, kesediaan
menerima dan mengenal lebih jauh topik diskusi, dan kesediaan menghargai
pendapat orang lain. Dengan
demikian, semua anggota kelompok mempunyai keinginan untuk dikenal dan
dihargai, dapat merasa aman dan bebas mengemukakan pendapat[16]
2. Perlu
perencanaan dan persiapan yang matang
a. Topik yang
dipilih hendaknya sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, minat, dan kemampuan setiap peserta didik
b. Masalah
hendaknya mengandung jawaban yang kompleks, bukan jawaban tunggal
c. Perlu ada
informasi pendahuluan yang berhubungan dengan topik tersebut agar para peserta didik memiliki persepsi
yang sama
d. Kita harus
benar-benar siap dengan sumber informasi sebagai motivator dan fasilitator
sehingga mampu memberikan penjelasan dan mengerjakan pertanyaan-pertanyaan yang
dapat memotivasi setiap orang[17].
3. Diskusi
mempunyai kekuatan atau keuntungan yang dapat dimanfaatkan secara maksimal.
4. Diskusi
kelompok mempunyai kelemahan-kelemahan yang dapat menggagalkan atau tidak
tercapainya tujuan diskusi
5. Diskusi
kelompok di sekolah dasar masih memerlukan bantuan guru untuk membimbingnya[18]
F. TEkNIK
PENGAJARAN KELOMPOK KECIL
Untuk kelompok kecil yang terdiri atas 10 orang siswa
atau kurang, akan lebih mudah melakukan komunikasi dua arah secara efektif.
Banyak teknik yang dapat dikembangkan dalam kegiatan belajar kelompok kecil.
Akan tetapi,untuk maksud-maksud umum, disini hanya dikemukakan beberapa saja,
antara lain tutorial individual, tutorial kelompok, seminar, lokakarya(workshop),
klinis, dan diskusi kelompok.[19]
1. Tutorial
individual
Metode itu dianggap metode belajar yang ideal, karena
satu orang tutor berhadapan dengan satu orang siswa. Metode itu memiliki metode
lainnya,terutama dalam hal pengembangan keterampilan dan pengetahuan
konseptual. Hubungan satu orang dengan satu orang memungkinkan guru atau tutor
mendiagnosis kesulitan-kesulitan dan kelemahan kelemahan siswa secara cermat
dan teliti. Pada kenyataannya, metode itu jarang dilaksanakan sebab bnyaknya
tujuan menyebabkan perlunya kehadiran sisewa-siswa lainya dan interaksi
diantara mereka. sering terjadi jenis tutorial individual dalam kenyataanya
tidak lebih dari metode penuangan yang disesuaikan secara individual. Tutor
menyajikan dan siswa menyerapnya. Jadi, tidak lebih dari sistem modifikasi guru
dalam kondisi yang ideal. Bahkan stratagi discovery dapat diadopsiskan
kedalam tutorial, sebagai mana teknik dialog Socrates[20].
2. Tutorial kelompok
Pada dasarnya tutorial berdasarkan pada hubungan antara
satu orang guru dan satu orang siswa. Namun dewasa ini sudah mulai umum
dilaksanakan tutorial kelompok, dimana satu orang guru membimbbing sekelompok
siswa yang terdiri dari beberapa siswa sekaligus pada waktu yang sama.
3. Seminar
Seminar diawali dangan penguasaan kepada seoarang atau
sakelompok siswa untuk melakukan studi atau proyek atau penelitian. Kamudian
para siswa bersangkutan melaporkan dan menyajikan penemuan atau pendapatnya
kepada kelompok yang lebih besar (kelas).
4. Lokakarya
Umumnya lokakarya di awali dengan pemberian informasi
langkah-langkah kerja, dan asas asas pelaksanaannya tentang suatu topik kepada
para siswa dengan meggunakan metode tertentu. Kemudian para siswa menerapkan
informasi yang telah diperolehnya itu kedalam tugas-tugas yang nyata sesuai
dengan pilihan sendiri. Kegiatan itu dilaksanakan dibawahi oleh supervisi Guru.
5. Teknik klinis
Teknik klinis digunakan dalam rangka pertemuan diagnostik
atau pemecahan masalah. Pertemuan diagnostik dimaksudkan untuk memecahkan
kesulitan-keulitan yang dihadapi oleh siswa dalam pengajaran tertentu. Masalah
yang dipecahkan berkenaan dengan masalah-masalah masyarakat dan yang sedang dihadapi
oleh masyarakat secara luas. Jadi,teknik klinis berkenaan dengan kehidupan yang
senyatanya, yang betul-betul terjadi didalam kondisi kehidupan. Kadang-kadang
digunakan juga teknik simulasi sebagai teknnik penunjang klinis.
6. Diskusi
kelompok terbuka
Teknik diskusi kelompok terbuka dapat digunakan dalam
kerangka teknik-teknik yang telah dibahas sebelumnya. Pemimpin kelompok
merumuskan topik yang akan didiskusikan dan bertindak sebagai ketua diskusi
kelompok. Dalam hal itu, kegiatan belajar terjadi dalam bentuk pertukaran
pengalaman, pemikiran, dan informasi dikalangan para peserta diskusi.
DAFTAR PUSTAKA
Ali
Muhammad. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo. 2002
Alma
Buchari, Dkk. Guru Profesional. Bandung: Alfabeta. 2008
Brown
Oerge. Mamad Kasmad. Pembelajaran Mikro. Bandung: Upi Press.2006
Darmadi
Hamid. Kemampuan Dasar Mengajar. Pontianak: Alfabeta. 2009
E
Mulyasa. Menjadi Guru Profesional Bndung: Remja Rosdakaarya. 2006
Emi Purwati, Micro
Teaching, Jakarta: Aprinta, 2004
Hamalik Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. jakrta: PT
Bumi Aksara. 2009
Moh. Uzer Usman. Menjadi Guru Profesional. Bandung:
Remaja Rosdakarya. 2010
Udin S.
Winatapura,dkk. strategi belajarmengajar. jakrta: universitas terbuka
Sukirman
Dadang. Pembelajaran Micro. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.2006
Suwarna, Dkk. Pengajaran Mikro.
Yogyakarta: Tiara Wacana. 2006
Syaiful Jamarah Ahri. Guru dan Anak
Didik Dalam Interaksi.(Bandung: PT Renika Cipta. 2000
http//id.sh
voong.com/social-sciences/education/2172621-keterampilan-guru-membimbing-kelompok-kecil/#lx22107colgRM
[4]Udin S. Winatapura, dkk,
Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2002) hlm.
8.20-8.21
[5]Hamid Darmadi, Kemampuan
Dasar Mengajar, (Pontianak: Alfabeta, 2009) hlm.23
[8] H. Udin S Winatapura, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2002) hlm. 8.21
[11] syaiful jamarah ahri, guru dan anak didik dalam
interaksi,(bandung: pt renika cipta, 2000) hlm.21
[14]Buchari Alma, Dkk, Guru
Profesional, (Bandung: Alfabeta,2008) hlm.53
[18] H. Udin S Winatapura, dkk, Strategi Belajar Mengajar,(Jakarta:
Universitas Terbuka, 2002) hlm.8.28-8.29
[19] Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, ( Jakrta: PT
Bumi Aksara,) hlm.188-190
[20]http//id.shvoong.com/socialsciences/education/2172621keterampilan-guru-membimbing-kelompok-kecil/#lx22107colgRM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar