METODE MEMBACA (THARI:QAH
AL-QIRA’AH)
1. Latar
Belakang
Ketidak puasan kepada metode langsung yang kurang
memberikan perhatian kepada kemahirn membca dan menulis, mendorong para guru
dan ahli bahasa untuk mencari metode baru.
Prof.Coleman dkk
dalam sebuah laporan yang ditulis pada tahun 1929 menyarankan penggunaan
suatu metode dengan tujuan pengajaran yang lebih realistis, yang paling
diperlukan oleh pelajar, yakni keterampilan membaca. Metode ini kemudian
dinamai dengan metode membaca yang digunakan disekolah menengah dan perguruan
tinggi di seluruh Amerika dan Negara Negara lain di Eropa.
2. Asumsi
Metode ini dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa
pengajaran bahasa tidak bisa bersifat multi tujuan, dan bahwa kemampuan membaca
adalah tujuan yang paling realities ditinjau dari kebutuhan pembelajar bahasa
asing.
3. Karakteristik
1) Tujuan
utamanya adalah kemahiran membaca.
2) Materi
pelajaran berupa buku bacaan utama dengan suplemen daftr kosa kata dan
pertanyaan si bacaan, buku bacaan penunjang untuk perluasan, buku latihan
mengarang terbimbing dan percakapan.
3) Basis
kegiatan pembelajaran adalah memahami isi bacaan, didahului oleh pengenalan
kosa kata pokok dan maknanya, kemudian mendiskusikan isi bacaan dengan bantuan
guru.
4) Membaca
diam lebih diutamakan disbanding membaca keras.
5) Kaidah
bahasa diterangkan seperlunya, jangan berkepanjangan.
4. Lngkah
langkah penyajian
1) Pelajaran
dimulai dengan pemberian kosa kata dan istilah yang dianggap sulit dan
penjelasan maknanya dengan defenisi dan contoh dlam kalimat.
2) Siswa
membac teks bacaan secara diam selama kurang lebih 25 menit.
3) Diskusi
mengenai isi bacaan yang dapat berupa Tanya jawab dengan menggunakan bahasa ibu
si pelajar.
4) Pembicaraan
mengenai tata bahasa secara singkat kalau dinggap perlu.
5) Pembahasan
kosa kata yang belum dibahas sebelumnya.
6) Mengerjakan
tugas tugas yang ada di buku suplemen, yaitu menjawab pertnyaan tentang isi
bacaan, latihan menulis terbimbing, dsb.
7) Bahan
bacaan perluasan dipelajari dirumah dan dilaporkan hasilnya pada pertemuan
berikutnya.
5. Segi
kelebihan dan kelemahan
Kelebihan
1) Pelajar
terlatih memahami bacaan dengan analisis, tidak dengan terjemah.
2) Pelajar
menguasai kosa kata dengan baik.
3) Pelajar
memhami penggunaan tata bahasa.
Kekurangan
1) Pelajar
lemah dalam eterampilan bicara nyaring (pelafalan, intonasi,dsb)
2) Pelajar
tidak terampil dalam menyimak dan berbicara.
3) Pelajar
kurang terampil dalam mengarang bebas.
4) Karena
kosa kata yang dikenalkan hanya yang berkaitan dengan bacaan, maka pelajar lemah dalam memahami teks bacaan lain
yang berbeda.
METODE AUDIOLINGUAL
(AT-THARIQAH
AS-SAM’IYAH ASY-SYAFAHIYAH)
1. Latar
Belakang
Dalam situasi perng dunia II, Amerika Serikat
memerlukan personalia yang lancar berbahasa asing untuk ditempatkan di bebrpa
Negara, baik sebagai penerjemah dokumen dokumen maupun pekerjaan lain yang
memerlukan komunikasi langsung dengan penduduk setempat.
Untuk itu Departemen Pertahanan Negara Amerika
Serikat membentuk satu badan yang dinamai Army Specialized Training Programe
(ASTP) dengan melibatkn 55 universits di AS.
Pengajaran bahas asing model ASTP yang bersifat
intensif dan berbasis penyajian lisan ini dianggap berhasil. Model ASTP ini
yang merupakan cikal bakal pendekatan aural oral atau metode audio lingual,
setelah dikembangkan dan diberi landasan metodologis oleh berbagai universitas
di Amerika, terutama oleh universitas Michigan.
2. Asumsi
Pendekatan audio lingual didasarkan ats beberapa
asumsi, antara lain bahwa bahasa itu pertama tama itu adalah ujaran. Oleh
karena itu pengajaran bahasa harus dimulai dengan memperdengarkan bunyi bunyi
bahasa dalam bentuk kata atau kalimat kemudian mengucapknnya, sebelum
pengajaran membaca dan menulis.
Asumsi lain dari pendekatan ini adalah kebiasaan.
Suatu perilaku akan menjaadi kebiasaan apabila diulng berkali kali. Oleh Karena
itu pengajaran bahasa harus diakukan dengan teknik pengulangan atau repetisi.
Pendekatan audio lingual juga didasarkan ats teori
tata bahasa structural (TBS). dalam teori ini tata bahasa dianggap sama dengan
pola pola kalimat.
3. Karakteristik
1) Tujuan
pengajaran adalah penguasaan empt keterampilan berbahasa secara berimbang.
2) Urutan
penyajiannya adalah menyimak dan berbicara baru kemudian membaca dan menulis.
3) Model
kalimat bahasa asing diberikan dalam bentuk percakapan untuk dihapalkan.
4) Penguasaan
kalimat dilakukan dengan latihan pola pola kalimat.
5) Kosa
kata dibatasi secara ketat dan selalu dihubungkan dengan konteks kalimat atau
ungkapan, bukan sebagai kata kata lepas yang berdiri sendiri.
6) Pengajran
system bunyi secara sistematis agar dapat digunakn oleh pelajar, dengan teknik
demonstrasi, peniruan, komparasi, kontras, dll.
7) Pelajaran
menulis merupakan representsi dari pelajaran berbicara, dalam arti pelajaran
menulis terdiri dari pola kalimat dan kosa kata yang sudah dipelajari secara
lisan.
8) Penerjemahan
dihindari.
9) Gramatika
tidak diajarkan pada tahap permulaan.
10) Pemilian materi ditekankan pada unit dan pola
yang menunjukan adanya perbedaan structural antr bahasa asing dn bahasa ibu.
11) Kemungkinan
kemungkinan terjadinya kesalahan siswa dalam memberikan response harus
sungguh sungguh dihindrkan.
12) Penggunaan bahasa rekaman, labor bahasa,
sangat dipentingkan.
4. Langkah
langkah Penyajian
1) Penyajian
dialog atau bacaan pendek, dengan cara guru membcakannya berulang kali, dan
pelajar menyimak tanpa meliht teks.
2) Peniruan
dan penghapalan dialog atau bacaan pendek.
3) Penyajian
pola pola kalimat yang ada di dalam dialog atau bacaan pendek, terutam yang
dianggap sukar dan berbeda dengan srtuktur dalam bahasa ibu si pelajar.
4) Dramatisasi
dialog atau bacaan ppendek yang sudah dilatihkan.
5) Pembentukan
kalimat kalimat lain yang sesuai dengan pola pola kalimat yang sudah
dipelajari.
5. Kelebihan
dan Kekurangan
Kelebihan
1) Para
pelajar memiliki keterampilan yang bagus.
2) Para
pelajar terampil membuat pola pola kalimat yang sudah dilatihkan.
3) Suasana
kelas hidup karena para pelajar tidak tinggal diam, harus terus menerus
merespons stimulus guru.
Kekurangan
1) Respons
pelajar cendrung mekanistis, sering tidak mengetahui atau tidak memikirkan
makna ujaran yang diucapkan.
2) Pelajar
bisa berbicara dengan lancer apabila klimat yang diucapkan tersebut elah
dipelajari dalam kelas.
3) Makna
kalimat yang diajarkan terlepas dari satu konteks, sehingga pelajar hanya
memahami satu makna, padahal suatu kalimat bisa mempunyai bebrapa makna sesuai
konteks nya.
4) Keaktifan
siswa dalam kelas adalah keaktifan semu.
5) Karena
kesalahan dinggap sebagai dosa maka pelajar tidak dianjurkan berinteraksi
secara lisan dan tulisan sebelum menguasai benar benar pola kalimat yang cukup
banyak.
6) Latihan
latihan pola bersifat manipulative, tidak kontekstual dan tidak realistis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar