Analisis
Pemikiran Pendidikan Ghazali
|
Oleh :
Dinamis Tulen | 09-Feb-2012, 13:27:09 WIB
Pendidikan merupakan syarat mutlak bagi keberhasilan suatu proses pendidikan anak. Hal ini di ungkapkan Al-Ghazali dalam konteks pemikiran pendidikan.
Al-Ghazali
dilahirkan pada tahun 450H/1059M di kota Thus, wilayah Khurasan. Banyak
belajar ilmu pengetahuan dari tokoh-tokoh, seperti Aahmad ibn Muhammad
Al-Radzakani, Imam abu Nushr Al Ismaili, Abu Al-Ma'ali Al-Juwaini dan
Abu Ali Al-Faramadi. Al-Ghazali juga dijuluki bahrun muqhrir (Laut yang
Menenggelamkan) karena kecerdasan dan kemampuannya dalam menerima
pembelajaran ketika itu. Al-Ghazali wafat di Tabristan pada tanggal 14
Jumadil Akhir 505H/1Desember1111M.
Sebagai seorang ilmuan Al-Ghazali memiliki pemikiran dalam segala ilmu filsafat, fiqh, Ilmu-ilmu sosial, Ilmu alam termasuk didalamnya adalah pemikiran tentang pendidikan. Maka untuk menggali khazanah keilmuan,dianggap penting untuk membahas kembali untuk melengkapi teori-teori pendidikan, termasuk khazanah pendidikan di Indonesia. Secara umum, Corak pendidikan Al-Ghazali memiliki dua aspek penting yaitu: Pengajaran moral relegius dengan tanpa mengabaikan kepentingan dunia. Seperti bisa diperhatikan saat ini dilembaga-lembaga penyelenggara pendidikan kita, Pengajaran Moral Relegius, dan Mental Ilmu-ilmu umum lainnya, Ilmu yang sifatnya mengajarkan tentang moral religius perlu diberi ruang dan waktu yang memadai untuk menghasilkan output yang maksimal. Dengan demikian akan terbentuk kepribadian dan kematangan pola pikir siswa setelah mereka menyelesaikan masa study mereka di sekolah. Proses pemikiran Al-Ghazali, dimulai dari cara pengenalan sistem pendidikan yang dilaksanakan pada zamannya, jika diteliti lebih akurat tidak menutup kemungkinan bahwa pemikirannya menjadi bagian terpenting dalam melengkapi aturan dan etika pendidikan kita. Adapun sistem itu antara lain, yaitu :
1.Tujuan Pendidikan
Dalam
melaksanakan aktivitas pendidikan, tgerlebih dahulu kita harus mengerti
tujuan pendidikan itu sendiri, karena dengan demikian akan mengarahkan rotasi
pengelolaan pendidikan dan pengajaran disekolah atau di madrasah. Tujuan
Pendidikan menurut Al-Ghazali harus mengarahkan kepada realisasi tujuan
kegamaan dan akhlak, dengan titik penekanannya pada perolehan keutamaan
dan taqarub kepada Allah dan bukan untuk mencari kedudukan yang tinggi atau
mendapatkan kemegahan dunia. Sebab jika tujuan pendidikan diarahkan selain
untuk mendekati diri kepada Allah akan menyebabkan kesesatan dan kemudharatan.
Masalah
yang kita bahas diatas penting ditanamkan sejak awal pembelajaran, agar siswa
benar-benar meyakini bahwa dengan belajar, siswa akan mengerti apa sebenarnya
yang menjadi tujuan dari pendidikan, Sekolah tidak sekedar pondasi untukm
mencari pekerjaan, meskipun itu perlu secara formal dan administrasi, Tapi
hal yang terpenting adalah bagaimana sekolah itu bisa membentuk jati diri
siswa dan menggali bakat yang ada.
Serta menumbuhkan skill yang akan digelutinya kelak. Konsep Pendidikan tersebut, juga diharapkan mampu untuk mengasah otak kita dalam membangun kecerdasan moral, spritual, dan kecerdasan Intelektual. Bagi Al-Ghazali yang dikatakan orang berakal sehat adalah orang yang dapat menggunakan dunia untuk tujuan akhirat kelak. Ini menunjukkan bahwa tujuan pendidikan menurut Al-Ghazali tidak sama sekali menistakan dunia, melainkan dunia itu hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan.
2. Kurikulum Pendidikan
Pandangan
Kurikulum Al-Ghazali lebih mengedepankan asfek pembagian Disiplin Ilmu pada
tempat dan sasarannya. Kurikulum yang dimaksudkan adalah Seperangkat Ilmu
yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik agar dapat mencapai tujuan
yang telah dirumuskan.
Sama halnya dengan Kurikulum Pendidikan kita sekarang, Pembagian-pembagian keIlmuan dalam hal ini adalah Pembagian Mata Pelajaran pada proporsi yang sebenarnya, Pembagian itu mengedepankan sudut pandang output dari pengetahuan tersebut, Tetapi sudut pandang itu haruslah benar-benar memiliki kualitas yang bisa diterapkan kepada siswa dalam kehidupannya. Sistematika pembagian Kurikulum Al-Ghazali didasarkan kepada tujuan dari masing-masing kurikulum itu sendiri, dalam hal ini Mata Pelajaran. Bidang-Bidang Ilmu banyak macamnya, untuk itu perlu pembagian bidang-bidang keilmuan yang dinamakan Kurikulum. Yang berbeda dalam penentuan kurikulum Al-Ghazali dengan Kurikulum sekarang adalah AlGhazali juga menerapkan status hukum mempelajari yang dikaitkan dengan nilai gunanya atau Value, yakni Fardhu ain dan Fardu Kifayah. Maksudnya adalah ada Ilmu yang memang wajib untuk dipelajari dan ada yang tidak mesti dipelajari tetapi harus ada diantara manusia untuk mempelajarinya.
3.Pendidik
Pendidikan
dianggap sebagai Maslikhul Kabir, Bahkan dapat dikatakan bahwa pada satu
sisi, Pendidik mempunyai jasa lebih dibandingkan dengan kedua orang tuanya,
telah diungkapkan dengan jelas bahwa pendidikan merupakan suatu keharusan
yang mutlak bagi keberhasilan suatu proses pendidikan.
Pendidik atau yang biasa dikenal dengan sebutan Guru, haruslah memiliki sifat-sifat yang diteladani, karena hal demikian mempengaruhi pola pikir tentang pendidikan. Jika Pendidiknya baik maka siswa memandangnya sebagai teladan, Tapi jika pendidikan itu tidak baik siswa akan memandangnya sebagai hal yang tidak wajar, bahkan bisa dianggap musuh. Hal ini juga bisa mempengaruhi dalam proses pembelajaran siswa dalam mengikuti pengajaran dikelas. Oleh karenanya, Pendidik hendaknya menganggap siswa sebagai anak sendiri. Menyayyangi dan Memperlakukannya dengan sebaik-baiknya. Hal ini demikian bagus untuk dilakukan untuk memberikan sugesti yang baik kepada siswa, Hal itu memberikan juga motivasi untuk mencintai pelajaran yang diberikan pendidikan. Pendidik yang baik adalah Pendidik yang melakukan tugasnya ssecara Ikhlas dan senantiasa mengharapkan Ridho Ridha Allah dan Berorientasi untuk mendekati diri kepada Allah Disamping itu Pendidikan harus juga harus cermat dalam memanfaatkan waktu dan peluang untuk memberikan nasehat dan bimbingan kepada siswa, Sebab bahwa tujuan sebenarnya dari pendidikan adaalah untuk mendekati diri kepada kepada Allahbukan untuk kedudukan atau kebanggaan duniawi. Untuk hal itu, Disaat sekarang sulit membendung pola pikir para peserta didik, Bahwa sebagai Pendidikan yang diikutinya lebih mengedepankan tujuan untuk memperoleh pekerjaan, meskipun itu penting Tapi akan lebih baik, Kalau pendidikan diarahkan kepada terciptanya Mentalitas dan bakat siswsa yang memungkinkan bisa dugunak an untuk kepentingan duni seperti pekerjaan.
4. Peserta didik
Al-Ghazali
mengungkapkan bahwa peserta didik selarasdengan konsepnya tentang tujuan
pembelajaran pendidikannya Belajar dari Ibadah guna mencapai derajat hamba
yang tetap dalam yang tetap dengan khaliknya, Untuk itu seorang peserta didik
harus berusaha mensucikan jiwanya dari Akhlak yang Tercela . Dengan
sikap rendah hati, harus merasa satu bangunan dengan siswa lainnya serta
berkasih sayang antar siswsa sesamanya.
5.Metode dan Media
Dalam
penerapkan pengajaran Al-ghazali, terdapat tiga metode yang diterapkan dalam
pembelajaran. Dalam tiga asfek yaitu, Psikologis, Sosiologis dan Pragmatis
dalam rfangka keberhasilan pembelajaran. Dalam Pembelajaaran Al-Ghazali bahwa
metode yang digunakan misalnya Metode Mujahadah dan Riyatlah, Pendidikan
praktek kedisiplinan, Pembiasaan, penyajian dalil naqli dan aqli serta
bimbingan nasihat.
Pemikiran diatas dalam tataran kekinian menjadi hal yang penting kembali untuk dilakukan , Disamping untuk memadukan metode dan media yang modern, Sehingga akan tercipta kelas Ideal dalam pembelajaran. Kebanyakan yang kita lihat sekarang pendidik jarang memadukan metode dan media dalam pembelajarannya. Lebih bersifat menonton dan hal itu membuat siswa merasa jenuh dan bosan sehingga pembelajaran yang terjadi tidak ada interaksi yang baik, serta cenderung menurunkan gairah dan hasil belajar siswa itu sendiri. Maka Pendidik sekarang perlu mengubah pola pikirannya dalam menerapkan metode dan media pembelajaran yang untuk saat ini semakin mudah mendapatkan informasi dan alatnya.
6.Proses Pembelajaran
Proses
Pengajaran Al-Ghazali adalah mengajukan konsep pengintegrasian antara materi,
metode dan media atau alat pengajarannya. Upaya itu dilakukan untuk
memaksimalkan hasil belajar yang lebih baik. Untuk itu, Proses Pembelajaran
mestilah diatur dengan menempatkan proporsi kelimuan pada tahap yang
sebenarnya, artinya Materi yang diberikan kepada siswa hendaknya melihat
kemampuan siswa dalam pembelajaran, Jika sulit dicerna dalam pelajaran maka
diperlukan tekhnik secara perlahan untuk merangsang otak siswa untuk menahan
materi pelajaran dengan baik.
Materi yang sistematis, Metode yang baik dan Bervariasi serta alat pengajarannya yang memadai merupakan instrumen paling utama dalam melaksanakan pendidikan terutama dalam pembelajaran. Dari pemaparan diatas, banyak hal yang dapat diambil manfaatnya untuk diterapkan dalam dunia pendidikan kita, Meskipun Al-Ghazali hidup ribuan tahun yang lalu, Tetapi pemikiran tentang pendidikan masih relevan untuk diterapkan, Secara garis besar konsep pemikiran pendidikan sekarang merupakan manifestasi pemikiran tokoh-tokoh terdahulu termasuk Al-Ghazali. Namun yang paling penting dalam konsep Al-Ghazali adalah Penanaman nilai-nilai religius dalam proses pengajaran, sehingga akan terbentuk kepribadian siswa yang matang dan tangguh untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Al-Ghazali tidak menganjurkan untuk tabu mempelajari ilmu umum, Al-Ghazali menganjurkan untuk mencari ilmu tersebut dengan pondasi ilmu agama. Dengan demikian, Mutu dan keIlmuan yang dimiliki siswa dapat bermanfaat untuk kemajuan dunia Islam secara utuh dan menyeluruh. Maka tugas kita sebagai seorang penerus orang terdahulu untuk melestarikan kehausan akan ilmu pengetahuan sebagai bagian dari ibadah kita dan sebagai media untuk mendekatkan diri kepada Allah, Serta Ibadah untuk mendapatkan ridho-Nya. Semoga demikian. (* |